Jumat, 06 Desember 2019
Tambah Komentar
Kisah Perjuangan
Syeikh Haji Abdul Muhyi
Mengembangkan Agama Islam
Di Sekitar Jawa Barat
Pamijahan
Bantarkalong - Tasikmalaya
Syeikh Haji Abdul Muhyi
Mengembangkan Agama Islam
Di Sekitar Jawa Barat
Pamijahan
Bantarkalong - Tasikmalaya
1. Pamijahan
Pamijahan adalah sebuah kampung yang letaknya di pinggir kali. Sehingga ketika kali meluap, biasanya kampung di sekitarnya terkena banjir seperti yang pernah dialami, sampai beberapa rumah hanyut terbawa air bah.
Pamijahan adalah sebuah kampung yang letaknya di pinggir kali. Sehingga ketika kali meluap, biasanya kampung di sekitarnya terkena banjir seperti yang pernah dialami, sampai beberapa rumah hanyut terbawa air bah.
Pamijahan sebagai Ibukota Kedusunan, juga merupakan Ibukota Desa Pamijahan (dulu dikenal dengan sebutan Desa Bongas), terletak di kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat.
Disana ada sebuah makam Waliyullah yang telah dikenal sejak nenek moyang penduduk Pamijahan, bernama Syeikh Haji Abdul Muhyi bin Sembah Lebe Wartakusumah putra dari seorang ibu bernama R.A Tanganijah.
Beginilah Asal Mulanya
Menurut sumber yang dapat dipercaya, pada bulan Rabiul Awwal sekitar tahun 1109 H/1688 M, datanglah Cendekiawan dari daerah Kuningan Cirebon.
Menurut sumber yang dapat dipercaya, pada bulan Rabiul Awwal sekitar tahun 1109 H/1688 M, datanglah Cendekiawan dari daerah Kuningan Cirebon.
Mengenai perkiraan tahun datangnya yaitu dihubungkan dengan berdirinya Mataram dan Sunan Gunung Jati Cirebon.
Hubungan dengan Mataram karena ada surat dari Mataram ke Pamijahan mengenai pengistimewaan daerah/daerah pasidkah. Sedangkan Agama Islam di Mataram disebarkan pada tahun 1525 M.
Hubungan dengan Cirebon (Faletehan/Sunan Gunung Jati) karena waktu datangnya di Darma Kuningan sudah banyak penganut Agama Islam, sedangkan penyebar Agama Islam disana adalah Faletehan sejak tahun 1527 M, dan selanjutnya sejak tahun 1552 M, termasyhurlah beliau sebagai Sunan Gunung Jati.
Nasab/Silsilah Syeikh Haji Abdul Muhyi
Dari Ayah :
1. Ratu Galuh
2. Ratu Puhun
3. Kuda Lanjar
4. Mudik Cikawung Ading
5. Entol Panengah
6. Sembah Lebe Wartakusumah
7. Syeikh Haji Abdul Muhyi
Dari Ayah :
1. Ratu Galuh
2. Ratu Puhun
3. Kuda Lanjar
4. Mudik Cikawung Ading
5. Entol Panengah
6. Sembah Lebe Wartakusumah
7. Syeikh Haji Abdul Muhyi
Dari Ibu :
1. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam
2. Sayyidatina Siti Fatimah Az-Zahra
3. Sayyidina Husain A.S
4. Sayyidina Zainal Abidin
5. Sayyidina Syeikh Ja'far Sidiq
6. Sayyidina Syeikh Kasim Al-Kamil
7. Sayyidina Syeikh Isa Al-Basri
8. Sayyidina Syeikh Abdul Abu Najii
9. Sayyidina Syeikh Ubaidillah
10. Sayyidina Syeikh Muhammad
11. Sayyidina Syeikh Almi
12. Sayyidina Syeikh Ali Al-Gayam
13. Sayyidina Syeikh Muhammad
14. Sultan Abdul Fatah (Raja India)
15. Sultan Abdul Khan Duddin
16. Syeikh Amir Ahmad Jalaluddin
17. Syeikh Jamaluddin Al-Hussein
18. Syeikh Maulana Ibrahim Zainal Akbar
19. Syeikh Ali Maulana Ali Murtadhu
20. Syeikh Maulana Ishaq
21. Syeikh Sunan Ciri Raden Paku
22. Syeikh Pangeran Laya Atam Sunan Giri Laya
23. Syeikh Adipati Wiracandra
24. Kentol Sambirana
25. Nyai R.A Tanganijah
26. Syeikh Haji Abdul Muhyi
1. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam
2. Sayyidatina Siti Fatimah Az-Zahra
3. Sayyidina Husain A.S
4. Sayyidina Zainal Abidin
5. Sayyidina Syeikh Ja'far Sidiq
6. Sayyidina Syeikh Kasim Al-Kamil
7. Sayyidina Syeikh Isa Al-Basri
8. Sayyidina Syeikh Abdul Abu Najii
9. Sayyidina Syeikh Ubaidillah
10. Sayyidina Syeikh Muhammad
11. Sayyidina Syeikh Almi
12. Sayyidina Syeikh Ali Al-Gayam
13. Sayyidina Syeikh Muhammad
14. Sultan Abdul Fatah (Raja India)
15. Sultan Abdul Khan Duddin
16. Syeikh Amir Ahmad Jalaluddin
17. Syeikh Jamaluddin Al-Hussein
18. Syeikh Maulana Ibrahim Zainal Akbar
19. Syeikh Ali Maulana Ali Murtadhu
20. Syeikh Maulana Ishaq
21. Syeikh Sunan Ciri Raden Paku
22. Syeikh Pangeran Laya Atam Sunan Giri Laya
23. Syeikh Adipati Wiracandra
24. Kentol Sambirana
25. Nyai R.A Tanganijah
26. Syeikh Haji Abdul Muhyi
Syeikh Haji Abdul Muhyi dilahirkan di Mataram
sekitar tahun 1071 H/1650 M dan dibesarkan di Gresik.
sekitar tahun 1071 H/1650 M dan dibesarkan di Gresik.
Pendidikannya semasa kecil, beliau menimba ilmu Agama Islam di Gresik dan Ampel. Selanjutnya, sekitar usia 19 tahun, beliau pindah ke Kuala daerah Aceh selama delapan tahun.
Gurunya di Kuala bernama Syeikh Abdul Ra'uf bin Abdul Jabbar bin Abdul Qodir Bagdad.
2. Pergi Ke Bagdad dan Naik Haji
Pada usia 27 tahun, Syeikh Haji Abdul Muhyi dan teman-temannya dibawa ke Bagdad oleh gurunya (Syeikh Abdul Ra'uf). Disana mereka sempat berziarah ke makam Syeikh H. Abdul Qodir sembari menuntut ilmu agama, kemudian mereka diberangkatkan ke Makkah Mukaromah untuk menunaikan ibadah haji.
Ketika semuanya (rombongan beliau) sedang berada di Baitullah, tiba-tiba Syeikh Abdul Ra'uf mendapat ilham bahwa diantara santrinya akan ada yang mendapat kelebihan (yang menunjukkan tanda kewalian).
Isi ilham tersebut menyatakan bahwa manakala tands itu telah tampak padanya, maka Syeikh Abdul Ra'uf harus segera menyuruh orang itu pulang dan harus mencari goa yang ada di pulau Jawa bagian Barat untuk menetap/bermukim di sana.
Goa itu sebenarnya bekas Syeikh H. Abdul Qodir Jaelani sewaktu menerima ijazah Ilmu Agama Islam dari gurunya yaitu Imam Sanusi.
Pada suatu saat sekitar waktu Ashar, Syeikh Haji Abdul Muhyi dengan teman-temannya sedang berkumpul di Masjidil Haram, tiba-tiba datang cahaya yang langsung menerpa wajah Syeikh Haji Abdul Muhyi. Hal tersebut diketahui oleh gurunya (Syeikh Abdul Ra'uf).
Ketika melihat kejadian itu, Syeikh Abdul Ra'uf terkejut dan teringat akan ilham yang pernah diterimanya. Setelah dipikir-pikir, ia yakin bahwa hal itu ialah tanda kewalian yang sedang ditunggu-tunggu berdasarkan ilham yang pernah diterimanya. Namun hal ini dirahasiakan meski kepada santri-santrinya.
3. Pulang Dari Makkah Mukarramah
Setelah ada kejadian terhadap diri Syeikh Haji Abdul Muhyi, maka Syeikh Abdul Ra'uf dengan tak ragu-ragu lagi segera membawa mereka pulang ke Kuala. Setibanya di Kuala ia segera memanggil Syeikh Haji Abdul Muhyi lalu disuruhnya pulang ke Gresik selanjutnya harus mencari goa yang sesuai isi ilhamnya. Syeikh Abdul Ra'uf berpesan, apabila Syeikh Haji Abdul Muhyi telah menemukan goa itu, ia harus menetap di sana.
Setelah Syeikh Haji Abdul Muhyi mendapat perintah dari gurunya, beliau langsung pulang ke Gresik. Setibanya di Gresik, Syeikh Haji Abdul Muhyi memberitahukan perintah dari gurunya kepada Ayah Ibunya. Lalu memohon izin dan doa restu untuk melaksanakan perintah gurunya.
Mendengar keterangan itu, Ayah Ibunya merasa gembira karena putranya telah mendapat kepercayaan dari gurunya, tentunya segala permohonanan Syeikh Haji Abdul Muhyi dikabulkan.
Tidak lama kemudian Syeikh Haji Abdul Muhyi pergi meninggalkan Gresik menuju ke arah barat hingga sampai ke daerah Darma Kuningan, Cirebon.
2. Pergi Ke Bagdad dan Naik Haji
Pada usia 27 tahun, Syeikh Haji Abdul Muhyi dan teman-temannya dibawa ke Bagdad oleh gurunya (Syeikh Abdul Ra'uf). Disana mereka sempat berziarah ke makam Syeikh H. Abdul Qodir sembari menuntut ilmu agama, kemudian mereka diberangkatkan ke Makkah Mukaromah untuk menunaikan ibadah haji.
Ketika semuanya (rombongan beliau) sedang berada di Baitullah, tiba-tiba Syeikh Abdul Ra'uf mendapat ilham bahwa diantara santrinya akan ada yang mendapat kelebihan (yang menunjukkan tanda kewalian).
Isi ilham tersebut menyatakan bahwa manakala tands itu telah tampak padanya, maka Syeikh Abdul Ra'uf harus segera menyuruh orang itu pulang dan harus mencari goa yang ada di pulau Jawa bagian Barat untuk menetap/bermukim di sana.
Goa itu sebenarnya bekas Syeikh H. Abdul Qodir Jaelani sewaktu menerima ijazah Ilmu Agama Islam dari gurunya yaitu Imam Sanusi.
Pada suatu saat sekitar waktu Ashar, Syeikh Haji Abdul Muhyi dengan teman-temannya sedang berkumpul di Masjidil Haram, tiba-tiba datang cahaya yang langsung menerpa wajah Syeikh Haji Abdul Muhyi. Hal tersebut diketahui oleh gurunya (Syeikh Abdul Ra'uf).
Ketika melihat kejadian itu, Syeikh Abdul Ra'uf terkejut dan teringat akan ilham yang pernah diterimanya. Setelah dipikir-pikir, ia yakin bahwa hal itu ialah tanda kewalian yang sedang ditunggu-tunggu berdasarkan ilham yang pernah diterimanya. Namun hal ini dirahasiakan meski kepada santri-santrinya.
Goa Safarwadi
3. Pulang Dari Makkah Mukarramah
Setelah ada kejadian terhadap diri Syeikh Haji Abdul Muhyi, maka Syeikh Abdul Ra'uf dengan tak ragu-ragu lagi segera membawa mereka pulang ke Kuala. Setibanya di Kuala ia segera memanggil Syeikh Haji Abdul Muhyi lalu disuruhnya pulang ke Gresik selanjutnya harus mencari goa yang sesuai isi ilhamnya. Syeikh Abdul Ra'uf berpesan, apabila Syeikh Haji Abdul Muhyi telah menemukan goa itu, ia harus menetap di sana.
Setelah Syeikh Haji Abdul Muhyi mendapat perintah dari gurunya, beliau langsung pulang ke Gresik. Setibanya di Gresik, Syeikh Haji Abdul Muhyi memberitahukan perintah dari gurunya kepada Ayah Ibunya. Lalu memohon izin dan doa restu untuk melaksanakan perintah gurunya.
Mendengar keterangan itu, Ayah Ibunya merasa gembira karena putranya telah mendapat kepercayaan dari gurunya, tentunya segala permohonanan Syeikh Haji Abdul Muhyi dikabulkan.
Tidak lama kemudian Syeikh Haji Abdul Muhyi pergi meninggalkan Gresik menuju ke arah barat hingga sampai ke daerah Darma Kuningan, Cirebon.
Related Posts
Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk "Kisah Perjuangan Syeikh Haji Abdul Muhyi Pamijahan Tasikmalaya Mengembangkan Agama Islam Disekitar Jawa Barat"
Posting Komentar