Image source : Pixabay



وَيُطْلَقُ الْمَكْسُ - كَذَلِكَ - عَلَى الضَّرِيبَةِ يَأْخُذُهَا الْمَكَّاسُ مِمَّنْ يَدْخُل الْبَلَدَ مِنَ التُّجَّارِ

الموسوعة الفقهية ج ٣٨ ص ٣٧٧

Istilah mukus (pajak/cukai) juga dimuthlaqkan pada istilah dloribah (pajak/retribusi) yang mana pemungut pajak/cukai memungut biaya impor

وَالْمَاكِسُ: هُوَ الَّذِي يَأْخُذُ مِنْ أَمْوَال النَّاسِ شَيْئًا مُرَتَّبًا فِي الْغَالِبِ، وَيُقَال لَهُ الْعَشَّارُ لأَِنَّهُ يَأْخُذُ الْعُشُورَ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْبِلاَدِ

مواهب الجليل ج ٢ ص ٤٩٤
والترغيب والترهيب ج ١ ص ٥٦٦
وحاشية ابن عابدين ج ٢ ص ١٤٥

Makis adalah pemungut biaya (harta) pajak dari seseorang secara teratur , makis ini juga dinamakan 'asysyar (pemungut 10%) dari 10% harta seseorang di banyak negara

الضَّرَائِبُ جَمْعُ ضَرِيبَةٍ، وَهِيَ الَّتِي تُؤْخَذُ فِي الأَْرْصَادِ وَالْجِزْيَةِ وَنَحْوِهَا وَهِيَ أَيْضًا مَا يَأْخُذُهُ الْمَاكِسُ وَالصِّلَةُ بَيْنَهُمَا أَنَّ الضَّرِيبَةَ أَعَمُّ

الموسوعة الفقهية ج ٣٨ ص ٣٧٨

Dloribah adalah biaya (uang) yang diambil dalam biaya administrasi atau upeti dan selainya , pemungut biaya dloribah ini juga disebut makis (pemungut pajak) korelasi antara dloribah dan mukus , ialah kalau dloribah lebih umum

الْخَرَاجُ هُوَ: مَا يَحْصُل مِنْ غَلَّةِ الأَْرْضِ.
أَمَّا فِي الاِصْطِلاَحِ فَهُوَ كَمَا قَال الْمَاوَرْدِيُّ مَا وُضِعَ عَلَى رِقَابِ الأَْرَضِينَ مِنْ حُقُوقٍ تُؤَدَّى عَنْهَا

الأحكام السلطانية للماوردي ص ١٨٦

Khoroj adalah barang dari penghasilan bumi , menurut istilah sebagaimana yang dikemukakan oleh imam mawardi bahwa khoroj itu adalah biaya yang dibebankan pada pengelola tanah pertanian yang wajib dikeluarkan atas hak-hak yang wajib dibayarkan darinya.


Fokus Pada Ibarot Paling Bawah

قَال فِي التَّوْضِيحِ إِنْ كَانَ مَا يَأْخُذُهُ الْمَكَّاسُ غَيْرَ مُعَيَّنٍ أَوْ مُعَيَّنًا مُجْحِفًا سَقَطَ الْوُجُوبُ وَفِي غَيْرِ الْمُجْحِفِ قَوْلاَنِ أَظْهَرُهُمَا عَدَمُ السُّقُوطِ وَهُوَ قَوْل الأَْبْهَرِيِّ وَاخْتَارَهُ ابْنُ الْعَرَبِيِّ وَغَيْرُهُ وَلَمْ يُعَبِّرِ الشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ بِالْمَكْسِ أَوِ الْمَكَّاسِ وَإِنَّمَا عَبَّرُوا بِالرَّصَدِيِّ أَوِ الْعَدُوِّ الَّذِي يَطْلُبُ خَفَارَةً

 مغني المحتاج ج ١ ص ٤٦٥
والمغني مع الشرح الكبير ج ٣ ص ١٦٩

Apabila pemungut pajak itu memungut pajak yang tidak jelas ketentuannya atau ketentuannya jelas namun didalamnya terdapat unsur kecurangan , maka kewajiban membayar pajak gurur dengan kriteria tersebut pendapat ini dimotori oleh imam bahari dan direkomendasikan oleh imam ibnul arobi dan imam yang lain , namun sayangnya syafi'iyah dan hanabilah tidak menyatakan dengan maksi dan makkas akan tetapi memakai istilah uang biaya kemanan.

Reff : mughnil muhtaj juz 1 hal 465

Pajak, bea cukai, retribusi dsb
Apabila menurut imam syafi'i dimasukkan dalam kategori Roshodiyyi (pengawas) yang menarik biaya pemantauan pemerintah demi keamanan rakyat.

Maka menurut Qoul Al-adhar wajib membayar upah (bea) untuk pemantauan, administrasi, kemanan dalam bentuk pajak, cukai, retribusi dsb.

Wallahu A'lam.


(وَالْأَظْهَرُ (أَنَّهُ تَلْزَمُهُ أُجْرَةُ الْبَذْرَقَةِ) بِمُوَحَّدَةٍ مَفْتُوحَةٍ وَذَالٍ سَاكِنَةٍ وَمُهْمَلَةٍ عَجَمِيَّةٌ مُعَرَّبَةٌ وَهِيَ الْخِفَارَةُ الَّتِي يَأْمَنُ مَعَهَا.

عَلَى أَنَّ الْمُرَادَ بِالْخِفَارَةِ مَا يَأْخُذُهُ الرَّصَدِيُّ قَالَ: فَإِنْ أَرَادُوا الْخِفَارَةَ أَيْضًا كَانَ الْأَصَحُّ خِلَافَ مَا ذَكَرُوهُ وَهُوَ ظَاهِرٌ وَإِنْ أَطَالَ الْإِسْنَوِيُّ فِي الْأَخْذِ بِإِطْلَاقِهِمْ مِنْ عَدَمِ الْوُجُوبِ.

نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج ج ٨ ص ٢٤٩


Masalah Pemerintah Dan Rakyat Punya Tanggungan Hukum Tersendiri 

عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَأَلَ سَلَمَةُ بْنُ يَزِيدَ الْجُعْفِيُّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ قَامَتْ عَلَيْنَا أُمَرَاءُ يَسْأَلُونَا حَقَّهُمْ وَيَمْنَعُونَا حَقَّنَا فَمَا تَأْمُرُنَا فَأَعْرَضَ عَنْهُ ثُمَّ سَأَلَهُ فَأَعْرَضَ عَنْهُ ثُمَّ سَأَلَهُ فِي الثَّانِيَةِ أَوْ فِي الثَّالِثَةِ فَجَذَبَهُ الْأَشْعَثُ بْنُ قَيْسٍ وَقَالَ اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا فَإِنَّمَا عَلَيْهِمْ مَا حُمِّلُوا وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ

نهاية المرام في دراية الكلام للإمام ضياء الدين الشافعي ص ٥٧٩ 

Abu Hunaidah (wail) bin Hudjur RA berkata: Salamah binti Yazid Al Ju'fi bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Ya Rasulullah, bagaimana jika terangkat di atas kami kepala-kepala yang hanya pandai menuntut haknya dan menahan hak kami, maka bagaimanakah anda memerintahkan pada kami ? Pada mulanya beliau mengabaikan pertanyaan itu, hingga beliau ditanya yang kedua kalinya atau ketiga kalinya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menarik Al Asy'ats bin Qois dan bersabda: Dengarlah dan taatlah kamu sekalian (pada mereka), maka sesungguhnya di atas mereka ada tanggung jawab/kewajiban atas mereka sendiri dan bagimu ada tanggung jawab tersendiri." (HR Muslim).


Hak Otoritas Pemerintah Dalam Mengaplikasikan Perundang-undangan 

تعتبر القوانين والقرارات واللوائح مملكة التشريع الإسلام لأن الشريعة تعطي لأولي الأمر حق التشريع فيما يمس مصلحة الأفراد ومصلحة الجماعة بالنفع فللسلطة التشريعية في أي بلد الإسلامي إن تعاقب علىأي فعل مباح إذا اقتضت المصلحة العامة ذلك

إلى أن قال

القوانين والقرارات واللوائح التي تصدها السلطة التشريعية تكون نافذة واجبة الطاعة شرعا بشرط أن لا يكون فيها يخالف نصوص الشريعة الصريحة أو يخرج على مبادئها العامة وروح التشريع فيها وإلا فهي باطلة بطلانا مطلقا. اهـ

التشريع الجنائي ج ١ ص ١٨١

“Undang-undang keputusan dan program pemerintah dianggap sebagai program penyempurna syari’at Islam karena syari’at memberikan hak kepada pemerintah untuk membuat undang-undang yang menyentuh kemaslahatan dan memberikan manfaat kepada individu dan kelompok. Kekuasaan perundang-undang dalam negeri Islam manapun diperbolehkan untuk memberikan sanksi hukum terhadap perbuatan mubah (yang dilakukan masyarakat), ketika kemaslahatan umum menuntut demikian.

undang-undang keputusan dan program yang dikeluarkan kekuasaan perundangan merupakan hal berlaku dan wajib ditaati secara syar’I dengan syarat tidak bertentanggan dengan nash-nash yang jelas, prinsip-prinsip umum dan subtansi syari’at, apabila bertentangan dengan hal-hal yang disebutkan terakhir, maka undang-undang keputusan dan program pemerintah tersebut batal”

Reff : Tasyri' al jana'i juz 1 hal 181

Related Posts

Subscribe Our Newsletter

Belum ada Komentar untuk "Hukum Pajak, Bea Cukai, Retribusi Dan Sebagainya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel